Friday, February 9, 2007

Manusia Rasional Nirperspektif

Bicara dengan seorang “ahli komputer” malam ini, gua tersadarkan oleh satu fakta: betapa mahalnya harga sebuah kesadaran dan pengetahuan. Ahli komputer ini, yang seharusnya sangat akrab dengan pola dan urutan pikiran yang runut dan rasional, ternyata mengalami kesulitan untuk menentukan perspektif dan paradima pola pikirnya sendiri. Pada satu saat dia menjadi seorang determinis, beberapa detik kemudian menjadi seorang yang kritis, lalu tiba-tiba mendeklarasikan diri menjadi seorang empirisis. Padahal, kata-kata yang disemburatkan dari mulutnya tidak lebih dari pembenaran dan konfirmasi diri terhadap pendapat pribadinya, sekaligus apologi.

Buat dia, kesadaran seseorang tidak bisa diubah oleh faktor eksternal orang tersebut. Segalanya berasal dari dalam. Jelas asumsi dasarnya adalah tiap manusia adalah manusia bebas yang memiliki pilihan. Tiba-tiba dengan lantang dia bilang bahwa yang bisa mengubah hanya Tuhan. Artinya buat dia manusia adalah makhluk yang dikooptasi oleh Tuhan secara mutlak. Identik dengan paradigme pemikiran teokrasi pramodern Abad Kegelapan Eropa ’kan? Luar biasa sekali melihat dia berargumen berdasarkan asumsi dasar yang berpindah-pindah dari corak pemikiran postmodern lalu ke pemikiran teokrasi secara cepat dan otomatis. Luar biasa menyedihkan.

Tapi, itulah memang masalah mendasar orang-orang di zaman global ini, yang sarat dengan ideologi. Tiap hari mereka menerima informasi dan menguasai teknologi, tapi dari segi pemikiran, hal-hal ideologis yang tampak mata tidak tertangkap. Yang muncul adalah zombi-zombi hidup yang wara-wiri di arus deras hal-hal remeh kehidupan global. Percakapan dan dialog kerap terbentur di aspek-aspek teknis, tak ada upaya dekonstruksi pemikiran atau evaluasi total terhadap kerangka perspektif.

Menyedihkan? Memang! Pesimistis? Jangan!


Palmerah
Jumat, 090207

No comments: