Sunday, January 7, 2007

Konsumsi Media dan Persepsi Realitas Sosial: Efek dan Proses yang Melatarbelakangi


Meneliti proses kognitif yang mendasari efek media adalah satu hal yang sangat penting. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita dapat melakukannya dengan dua cara:
1. membahas beberapa prinsip umum yang muncul dari penelitian kognisi sosial dan bagaimana prinsip-prinsip tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan efek media tertentu,
2. menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip umum tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan satu model proses kognitif untuk menjelaskan satu efek media tertentu: efek kultivasi.

Media massa memberikan pengaruh yang sangat besar pada pemirsanya. Itu dianggap sebagai mitos “massive media impact”. Ada dua kritik yang ditujukan pada “mitos” itu:
1. bukti-bukti yang ada hanya memperlihatkan sedikit indikasi soal efek media pada pikiran, perasaan, atau tindakan pemirsa.
2. Kurangnya fokus pada mekanisme eksplanatori. Penelitian efek media lebih menyoroti hubungan antara variabel input dengan variabel output, tapi tidak terlalu mempertimbangkan proses-proses kognitif yang mungkin memediasi hubungan tersebut.

Apakah media hanya memberikan sedikit atau banyak pengaruh, ini belum diketahui dengan pasti. Karena itu, pengembangan model proses kognitif efek media berpotensi untuk mengungkap hubungan-hubungan baru sekaligus memahami hubungan-hubungan yang lama.

Kognisi Sosial dan Efek Media
Kognisi sosial dapat diigambarkan sebagai orientasi pada proses-proses yang terjadi dalam situasi-situasi sosial. Secara lebih spesifik, kognisi sosial berupaya untuk membuka ”black box” yang beroperasi antara stimulus dan response dan dengan begitu fokus pada proses kognitif yang memediasi hubungan antara informasi sosial dan penilaian.
Berkaitan dengan tujuan dalam bab ini, ada dua prinsip penting yang berkaitan yang mendasari penelitian kognisi sosial. Yang pertama adalah prinsip heuristic/sufficiency, yang berkaitan dengan informasi apa yang diingat ketika seseorang akan mengonstruksi satu penilaian. Menurut prinsip ini, saat akan mengonstruksi satu penilaian, seseorang tidak akan mencari dalam memorinya semua informasi yang relevan dengan penilaian yang akan dibuatnya, melainkan hanya mengingat sekumpulan kecil informasi yang tersedia. Keriteria dalam proses penarikan kembali informasi tersebut adalah kecukupan. Artinya yang ditarik kembali hanyalah informasi yang cukup untuk mengonstruk penilaian. Penentu kecukupan di sini adalah berkaitan dengan konsep-konsep seperti motivasi dan kemampuan memproses informasi.
Prinsip kedua adalah prinsip aksesibilitas, yang berkaitan dengan peran aksesibilitas informasi dalam konstruksi penilaian. Dalam bentuknya yang paling sederhana, prinsip ini menyatakan bahwa informasi yang paling cepat masuk ke pikiran adalah informasi yang terdiri atas sekumpulan kecil informasi yang tersedia dan pada gilirannya merupakan informasi yang paling mungkin digunakan untuk mengonstruksi penilaian.
Implikasi dari dua prinsip tersebut di atas berkisar antara penentu aksesibilitas dan konsekuensi aksesibilitas.

Penentu Aksesibilitas
Ada tiga penentu aksesibilitas: frekuensi aktivasi konstruk, kebaruan aktivasi konstruk, kegamblangan suatu konstruk, dan hubungan-hubungan dengan konstruk-konstruk yang dapat diakses.
Tampaknya masuk akal jika kita berpikir bahwa konsumsi media meningkatkan aksesibilitas konstruk-konstruk tertentu. Konsumsi media meningkatkan aksesibilitas, yang mempengaruhi informasi yang menjadi bagian dari sekumpulan kecil informasi yang tersedia.

Konsekuensi Aksesibilitas
Konsekuensi aksesibilitas berkaitan langsung dengan prinsip 2: informasi yang paling mungkin diakses adalah informasi yang paling mungkin digunakan untuk mengonstruksi penilaian. Lebih jauh lagi, bagaimana informasi yang paling mudah diakses digunakan merupakan satu fungsi tipe penilaian yang dibuat.
Ada tiga penilaian dibahas di sini: penilaian tentang orang, penilaian tentang perilaku dan keyakinan, penilaian tentang set-size dan kemungkinan.

Efek Media dan Konsekuensi Aksesibilitas
Ketiga penilaian tersebut dipilih dalam pembahasan karena berkaitan dengan tipe-tipe penilaian yang digunakan dalam studi-studi efek media. Efek-efek berita pada persepsi isu-isu, efek menonton televisi pada persepsi sosial, dan efek penggambaran media pada kekerasan menunjukkan bahwa aksesibilitas berperan sebagai mediator kognitif efek media. Namun, bukti-bukti yang ditampilkan bersifat tidak langsung karena penelitian-penelitian tersebut tidak difokuskan pada prosesnya, melainkan hanya menawarkan penjelasan proses berkaitan dengan hasil yang dicapai.

Model Pemrosesan Heuristik Efek Kultivasi
Efek kultivasi didefinisikan sebagai satu hubungan positif antara frekuensi menonton televisi dengan persepsi sosial yang kongruen dengan dunia sebagaimana digambarkan di televisi—menonton televisi dianggap sebagai faktor kausal.

Proposisi Umum Model
Dua proposisi sederhana dan umum yang didasarkan pada prinsip heuristik/kecukupan dan aksesibilitas membentuk dasar dari model proses kognitif ini. Proposisi umum pertama adalah bahwa menonton televisi meningkatkan aksesibilitas konstruk. Proposisi kedua adalah bahwa persepsi sosial yang berperan sebagai indikator efek kultivasi dibangun melalui pemrosesan heuristik.

Proposisi-Proposisi yang Dapat Diuji
1. Menonton televisi mempengaruhi aksesibilitas
2. Aksesibilitas memediasi Efek Kultivasi
3. Percontohan di televisi tidak diabaikan
4. Motivasi untuk memproses informasi mengurangi kekuatan efek kultivasi
5. Kemampuan untuk memproses informasi mengurangi kekuatan efek kultivasi

Model proses kognitif ini selanjutnya dapat mempertemukan temuan-temuan di masa lalu yang sebelumnya terasa bertentangan.

No comments: